Rabu, 22 Agustus 2012

Bersabar pada sebuah proses...
Bersahabat pada sebuah perjalanan...
dan
Bersiap pada sebuah hadiah akan perjuangan hidup...


by: Desi

Sabtu, 18 Agustus 2012

Stella Duce

Dirgahayu Stella Duce 

tempatku tumbuh sedari kecil
tempatku belajar banyak hal
tempatku mengenal karakterku
tempatku memulai perjalanan hidupku

SELAMAT ULANGTAHUN STECE

Bangga bisa jadi bagian darimu
Jaya selalu di manapun engkau berada

Ijin Copas Mars Stella Duce supaya pada mengingat masa lalu untuk alumni Stella Duce:

KAMI BERBAKTI PADAMU PERTIWI 
DIBAWAH BENDERA SUCI LAMBANG SAKSI MURNI. 
DALAM CAHAYA SINARNYA PENUH BAHAGIA 
PERINTIS JALAN SEJAHTERA PEMBIMBING PERWIRA.
.
LIHATLAH TEMAN SANG PANJI PUSAKA 
BERKIBAR MEGAH MENJULANG DI ANGKASA MEMBAYANG 
BIRU PUTIH LAMBANG BAKTI HARAPAN SUCI 
HIASAN PUTRA YANG BAHAGIA SELALU KU JAGA..
 
TERINGAT S'LALU STELLA DUCE NAMAMU 
TERKENAL SELURUH NEGRIKU BAGAI TUJUANKU,
KAMU CAHAYA SINARNYA PELINDUNG NUSA 
ARAH PEDOMAN CITA-CITA TUJUAN MULIA 
 
^.^

Sahabatku

Artikel kali ini adalah sebuah kisah tentang seorang kawan yang kembali bersua. Bersua dalam satu peristiwa yang tak pernah mereka prediksi akan dialami kembali. Satu keyakinan penuh yang membuat peristiwa dan hubungan itu kembali mereka jalani.

Yakin dan Percaya
Berusaha dan Berjuang
Pasrah dan Berserah

Hal tersebut yang selalu menjadi dasar dalam perjalanan hidupku. Prinsip hidup ini selalu membawaku pada hal baru yang berhasil aku selesaikan dengan baik. PeranNya dalam hidup dan prinsip ini sangat berarti, bahkan peranNya dalam hubungan yang sempat retak antara aku dan sahabatku.

Sahabat,, dia sangat mengerti aku. Dia punya caranya sendiri dalam memahamiku, begitu pula sebaliknya. Kesukaanku, hobiku, aktivitasku, keluhkesahku, kebiasaanku, akademikku, dan segala yang ada pada diriku,,, dia tahu.... Tapi ingat, dia sahabatku... bukan kekasihku... Ya... Sahabat yang tanpa ikatan juga pernyataan. Karna itu semua adalah peristiwa yang mengalir tanpa skrip kehidupan selayaknya sinetron.

Entah karena apa, satu ketika pertengkaran itu terjadi di malam saat kami bertemu. MARAH, itu kali pertamanya seorang aku marah dan MURKA (*lebay ngga ya? hahaha...) kami saling menyalahkan. Enggan mendengarkan alasan dan penjelasan. Yang terbesit dalam pikiran masing-masing dari kami hanyalah KEMARAHAN, sehingga kami memutuskan untuk saling BERMUSUHAN. 

Aneh...
Sejak saat itu, kami tak saling berucap, tak saling menyapa, tak saling bercanda. Anehnya, tak ada satu pun teman kami yang mengetahui permasalahan kami. Mungkin, kami terlalu pintar menyembunyikan permasalahan ini. Saat itu, yang terlintas dalam benakku adalah entah sampai kapan kami seperti ini dan apakah akan kembali saling memaafkan atau tidak.

Bertahun-tahun kami membisu dalam pertemanan. Mengerjakan tugas kampus dalam satu kelompok tapi tak saling berdiskusi, sehingga orientasi kami hanya pada hasil atau juru bicara. Menjadi teman se-angkatan, satu kelas, juga satu mata kuliah, tanpa ada sedikit pun cakap diantara kami. Saling mengetahui perkembangan akademik masing-masing, perkembangan pertemanan dan pergaulan masing-masing, juga perkembangan kehidupan masing-masing, tanpa ada sedikit pun tanda-tanda kontak diantara kami. MIRIS...sungguh miris peristiwa ini. Yang lebih miris adalah peristiwa ini berlangsung selama bertahun-tahun. Ya... sangat lama....

Anehnya...keyakinan terbesarku menyatakan bahwa "Aku percaya bahwa satu ketika nanti, kami akan kembali berteman. Kami akan kembali bersahabat. Karna tak pernah ada mantan teman."

Yakin dan Percaya

Lama-lama kesadaranku mulai terbuka. Satu dua kali kami mencoba untuk saling membuka diri. Melalui beberapa patah kata, kami lontarkan dengan penuh kecanggungan. Ya...Belum bisa kembali normal...belum menjadi teman lagi...belum bersahabat lagi...

Berusaha dan Berjuang

Saat segalanya telah diperjuangkan dan hasilnya masih nol besar, hanya satu yang bisa ku lakukan. Pasrah padaNya. Biarkan Dia merenda perjalanan kehidupanku. Dia memiliki sebuah cerita luar biasa untuk hidup masing-masing hambanya. Begitu pula denganku. 

Pasrah dan Berserah

Hingga pada satu kali peristiwa, papaku menghadap Bapa di Surga. Betapa terpukulnya aku saat itu. Betapa merasa kehilangannya aku. Disinilah, sahabatku menghilangkan ego dan gengsinya untuk melayat ke rumahku, menunjukkan bela sungkawanya untukku dan keluargaku. Inilah peristiwa penanda hubungan kami yang mulai membaik.

Kami pun berteman kembali. Kami pun bercanda kembali. Kami pun menjadi seperti dulu. Ya...kami bersahabat kembali. 

Damn...!
Satu kali peristiwa, dia kembali ke kota asalnya tanpa berpamitan dengan kami. Sedih rasanya. Walaupun dia bukan siapa-siapa, rasanya seperti dibohongi. But...mungkin dia tak inginkan adanya perpisahan. 

Tak lama setelah itu, kami dengar kabar duka dari kampung halamannya. Papa tercintanya dipanggil Bapa untuk hidup abadi di surga bersamaNya. Betapa kagetnya aku mendengar kabar tersebut. Mendadak mata ini pun sembab menahan air mata yang tak kuasa untuk mengalir ke kedua pipiku. Seakan aku merasakan apa yang sedang dirasakan sahabatku. Aku pernah di dalam posisinya, dan saat itu dia ada mensupport aku. Namun kini, aku tak bisa berada di sana untuk mensupport dia. Aku merasa sangat bersalah. Ya...sangat bersalah...

Maaf sahabat...
Maaf akan segala kesalahanku...
Maaf karena aku tak bisa melakukan hal yang juga kau lakukan padaku...
Tapi aku akan tetap mensupport mu dari sini....
dan aku percaya bahwa tanggungjawab baru, yang engkau emban mulai saat ini akan dapat engkau jalani...
Engkau mampu...
Engkau bisa...
dan Engkau tahu jalan mana yang harus engkau pilih...

Sahabat...
Pesanku.......
Yakin dan Percaya
Berusaha dan Berjuang
Pasrah dan Berserah padaNya
^.^